Melawan Perbedaan
Suara tetesan air jatuh ke dalam
bak mandi terdengar jelas memecah kesunyian, wajar saja sekarang sudah pukul 3
subuh. Entah kenapa Bima masih tak sanggup mendapatkan rasa kantuk yang telah
lama ditunggunya. Mungkin rasa kantuk terhalang oleh pikiran yang membukit di
dalam pikirannya. Dia hanya melihat telpon selulernya, melihat perbincangannya
dengan Maya yang masih tersimpan lengkap di Inbox
Massage telepon selulernya.
Pertengkaran mereka terjadi
seminggu yang lalu. Bima tak pernah menyangka pertengkaran tersebut bisa
memakan waktu selama ini. Mereka tak pernah lagi bertemu sejak saat itu.
Maya bukanlah wanita pertama yang
merenggut hati Bima. Namun hanya Maya yang mampu membuat Bima jatuh ke dalam
palung cinta terdalam yang belum pernah Bima rasakan pada saat bersama wanita sebelum
Maya. Berparas manis, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah tanpa olesan
lipstik, serta gingsul gigi dan tubuh ramping seperti model ternama. Itu semua
membuat Bima terperangkap dalam konsep cinta pada pandangan pertama saat
pertama kali menatap mata Maya.
Sekitar tujuh bulan yang lalu di
sebuah Warung Kopi dua remaja beranjak dewasa ini bertemu. Saat itu suasana
Warung Kopi sedang ramai, Bima mencari meja kosong yang ingin didudukinya. Dia
melihat sebuah meja yang hanya berpenghuni oleh seorang wanita duduk sendiri.
“Permisi, aku boleh duduk disini? Soalnya meja yang lain
sudah penuh” tanya Bima sambil melemparkan senyum
“Iya, boleh kok. Silahkan duduk” wanita itu membalas senyum
“Sendirian aja?”
“Iya, teman aku yang lain lagi sibuk semua”
“Aku Bima, namu kamu siapa” tanya Bima dengan mengulurkan
tangan
“Oh Bima ya, nama aku Maya” Maya menyambut uluran tangan
Bima
“Nama kamu bagus”
“Oh ya? Aku dapat nama ini waktu ulang tahun pertama ku”
jawab Maya dengan senyum
“Hahahaha…kamu lucu juga ya” Bima kembali melemparkan
tersenyum
Tiga jam berlalu, mereka saling
mengenal satu sama lain. Suasana riuh di dalam Warung Kopi saat itu tak sanggup
mencegah mereka yang peralahan mulai merajut rasa suka satu sama lain. Sebelumnya
Maya tak pernah seakrab ini dengan orang yang baru dikenalnya. Maya memang
sosok yang cenderung pendiam, namun menjadi periang bila bersama orang yang
telah lama dia kenal.
Setelah tujuh bulan hari itu
berlalu, kesenangan mereka kini berubah menjadi peroblema. Hati dulunya
berbunga kini malah sering menelan kecewa. Bima terus mengalah melawan ego Maya,
dia merasa perbedaan diantara mereka tak seharusnya menjadi pertengkeran.
Memang banyak perbedaan diantara
mereka. Maya sering memaksa Bima untuk menyukai apa yang dia suka. Mulai dari
cara berpikir, sikap dan kebiasaannya yang bertentangan dengan kebiasaan
kekasihnya itu. Bima pernah mencoba, namun dia lelah menjadi diri palsunya.
Akhrinya Bima memutuskan untuk bicara
empat mata dengan Maya dan meluruskan kembali hubungan mereka.
“May, besok malam kita bisa ketemu? Ada yang mau aku
bicarakan” bunyi pesan singkat Bima kepada Maya
“Besok aku gak bisa, ada janji sama teman kuliah. Gimana
kalo hari jum’at”
Bima tak membalas pesan singkat
Maya itu. Dia langsung mengeluarkan sepeda motor miliknya yang selama ini
sering dia gunakan untuk membonceng Maya, bergegas menuju rumah kekasihnya, ini
bukanlah ajakan pertama yang Bima tawarkan. Rasa muak akan alasan yang
terus-terusan Maya berikan semakin membuat hatinya gelisah.
“Tuut…tuut…tuut…tuut…” suara nada sambung telepon
“Ayoo…angkat dong telepon aku” dalam hati Bima berkata
“Halo…ada apa Bim?” akhirnya Maya mengangkat panggilan Bima
“Kamu kemana aja sih? Aku dari tadi nelpon, aku di depan
rumah kamu” jawab Bima dengan sedikit berang
“Maaf, tadi HP aku di kamar. Iya tunggu sebentar”
Kemudian
Maya membukakan pagar rumahnya dan mempersilahkan Bima masuk dan melanjutkan
niat awalnya untuk berbicara secara empat mata.
Suasana
malam itu terasa dingin dan sepi. Tak seriuh seperti dimana pertama kali mereka
bertemu. Dua hati sedang gundah, mungkin saja ini akan menjadi perbincangan
terkahir bagi mereka bila terlalu gegabah menyelesaikan masalah. Beberepa menit
mereka hanya membisu, belum ada yang memulai pembicaraan.
“Sebenarnya ada apa dengan hubungan kita?” Bima bertanya
tanpa menoleh kekasihnya
“Kenapa kamu hanya diam May? Jika kamu hanya diam, masalah
ini tak akan ada ujungnya”
“Sudahlah Bim…” jawab Maya dengan suara pelan
“Apanya yang sudah? Kita sudah jauh mengenal satu sama lain.
Semakin lama aku mengenalmu, aku semakin merasa asing dengan sifat kamu
akhir-akhir ini.”
“Apakah ini karena semua perbedaan diantara kita?” Bima
merenggut tangan halus Maya
“Sudahlah Bim…” Maya melepaskan tangannya dari tangan Bima
“Perbedaan kita semakin jelas, kamu juga tak bisa mengikuti
kemauan ku selama ini.” Lanjut Maya
“Jadi sekarang mau mu gimana?” Bima mulai berang
“Aku sudah menemukan lelaki yang sifat dan kebiasaannya
serupa dengan ku. Walau ada sedikit perbedaan, namun dia mampu menjadi seperti
yang aku mau” jawab Maya dengan sendu sambil menahan air matanya yang ingin
jatuh
Setelah
seminggu menahan rindu tak bertemu
kekasihnya akibat perkelahian mereka, kini Bima mengerti alasan dibalik
penolakan setiap ajakannya untuk bertemu. Sang kekasih kini tak lagi menikmati
perbedaan diantara mereka. Hati Bima pecah bak magma yang melambung keluar dari
kawah gunung. Dia tak mampu berkata-kata. Diam sejenak dengan kepala yang
tertunduk.
“Semoga saja dia mampu menjalani peran palsunya. Terima
kasih telah membuatku selama ini menunggu, May.”
“Satu hal yang ingin aku katakan padamu”
“Apa itu, Bim” tanya Maya penasaran
“Kamu tak perlu mengerti apa yang aku mengerti. Dan aku tak
perlu mengerti apa yang kamu mengerti. Seharusnya kita biarkan saja
perbedaan ini kita jalani, dengan begitu akan banyak cerita yang bisa kita bagi.”
jelas Bima dengan senyum
“Bim…” panggil Maya sambil menghapus air matanya
“Sudahlah…May. Semoga kamu menikmati kepalsuan kekasih mu
yang baru” Bima berdiri lalu melangkah pergi
Hubungan
mereka hancur berkeping-keping, tersisa hanya kenangan di Warung Kopi yang mungkin
tak akan mampu mereka lupakan. Bima hanya diam sepanjang jalan di atas sepeda
motornya. Maya terus meneteskan air mata mengingat ucapan terakhir yang Bima
lemparkan padanya. Menyesal pun tak akan ada gunanya lagi bagi mereka. Dan
mereka tak pernah lagi bertemu sejak perbincangan malam itu.
Bersambung di sini...
2 komentar
Ini mcm crita kwan aku , nmenye bima sm maya -_-
ReplyCerita di atas hanyalah fiktif belaka (kayak ending FTV)
Reply