Senin, 04 Agustus 2014

                Cerita sebelumnya disini...

                Rasa sesal terus menyeruak, kadang semakin membesar disetiap ruang hatinya. Bukan perpisahan yang membuat Bima menyesal, namun pertemuanlah yang membuat ruang hatinya semakin gusar. Love now, leave then. Tak ada pertemuan tanpa berkahir perpisahan, begitu kata orang-orang bijak.

               
Perpisahan mereka, kepergian Maya, sungguh menyiksa hari-hari Bima. Segala sesuatu yang dihadapinya, tampak terasa susah.

“LIFE MUST GO ON!” teriaknya di dalam hati
               
Waktunya pun kembali berjalan seperti biasa, kembali bersama sahabat-sahabatnya yang pernah tak dihiraukannya karena dulu terlalu sibuk menikmati cinta. Putra, Rozy dan Adit. Sekumpulan sahabat gila Bima, dia merasa bersalah sempat meninggalkan mereka.

“Sudahlah, Bim. Cinta memang gila, bahkan Netral (band) juga bilang gitu kok” kacau Rozy menyairkan suasana. “Hahahaha iya benar…” semuanya tertawa dan menyanyikan lagu tersebut. Nyanyian mereka membuat warung kopi semakin ramai riuh. Kegilaan sahabatnya berhasil membunuh kegelishan dalam hatinya. “Bro, aku minta maaf, ya.” Sesal Bima. Adit tersenyum dan memberikannya secangir kopi kesukaan Bima. “Sahabat tak pernah melihat masa lalu sahabatnya sendiri, seburuk apapun masa lalunya itu” Adit merangkul pundak Bima.

Entah bagaimana bisa seorang Adit yang dulunya hanya bisa mengupil lalu menempelkan upilnya di dalam rak meja, kini malah bisa mengucapkan kalimat bijaksana seperti itu.
               
Pengertian yang diberikan sahabatnya, membuat Bima semakin mengerti. Cinta yang diberikan sahabat, walau cinta itu tidak pernah dikatakan sahabatnya dengan kata-kata, namun dengan perhatian, kegilaan serta candaan konyol.

“Ya iyalah mereka gak mungkin bilang cinta sama aku. Nanti mereka malah dikira homo” pikirnya Bima dalam hati sambil tersenyum sendiri. “Woi ngapain ketawa sendiri? Bagi-bagi dong” Putra melihat senyum Bima. “Yaelah, Put. Orang baru putus cinta emang gitu. Mungkin otaknya lelah.” lanjut Rozy. “Hahahaha kalian emang gila!” tangkas Bima.


Pola hidupnya kini kembali seperti dulu, saat Bima belum melihat Maya duduk di meja kosong sebuah Coffee Shop. Kepergian Maya, kembalinya para sahabat gila Bima. Walau kadang di tengah keramaian bersama sahabatnya, tak jarang dia masih merasa kesepian. Mungkin dirinya hanya belum terbiasa untuk kembali ke pola hidup lamanya.

2 komentar

blogwalking:)----------------------------> pammadistro.blogspot.com

Reply