Minggu, 15 April 2018

Di dalam spektrum politik, di sayap kanan terdapat kelompok konservatif. Jika dilihat artinya dari KBBI, konservatif adalah kelompok yang menolak perubahan, mempertahankan keadaan yang ada, menjaga status quo. Pengertian tersebut sangatlah klise, seperti menggambarkan Punk hanya sekadar memberontak, berpakaian kusut dan berambut mohawk.

Tapi apa yang dipertahankan oleh konservatif?

Gaya pemerintahan yang berpihak kepada kelas borjuis (kelas pemodal). Atau kasarnya mempertahankan keadaan "yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin". Pada tulisan ini aku berusaha menjelaskan politik konservatisme yang aku rasa tidak banyak berubah sejak 1950an (kalo salah mohon diingatkan...).

Setelah lebih dari dua tahun aktif di Reddit, aku mulai mengikuti isu-isu politik Amerika Serikat, karena Reddit adalah 5 besar situs yang paling sering dikunjungi di negara Paman Sam tersebut, dan setiap hari halaman utama Reddit berisi tentang isu politik mereka. Di sana, di negara yang selalu dijadikan patokan kemajuan teknologi bagi orang Indonesia, hanya terdapat dua partai. Demokrat dan Republik. Dari keduanya, Partai Republik diisi oleh konservatif garis keras. Dan mereka memenangkan Pilpres beberapa tahun lalu, Donald Trump menjadi Presiden wakil dari Partai Republik.

Di lingkungan Partai Republik yang juga sering disebut GOP (Grand Old Party), keseluruhan kadernya sangat vokal menentang sosialisme, walaupun mereka sendiri kurang mengerti sosialisme. Usaha ini telah ada sejak era Ronald Reagan, yang juga dari GOP. Mereka selalu menekankan bahwa Free Market akan memperbaiki keadaan masyarakat kelas bawah karena bagi mereka segala sektor sebaiknya berada di tangan Swasta (dimiliki oleh pemodal, investor). Hal ini disebut dengan ekonomi neoliberal, mengurangi campur tangan pemerintah dan menyerahkannya kepada pemilik modal dengan tujuan para pemilik modal tersebut akan mengembangkan perusahaannya lalu membuat perusahaan lainnya lagi, dan semakin banyak menghisap tenaga kerja. Ini yang mereka sebut dengan Trickle Down Economy. Hal ini tampak bagus di atas kertas. Nyatanya justru menghasilkan monopoli, ekonomi yang terlalu sentralisasi, menguntungkan Pemilik Modal, kesenjangan ekonomi, dan para pekerja tak mendapat upah yang lebih layak untuk memperbaiki standar kehidupan. Belum lagi fenomena Pemodal Kaya hasil dari ekonomi neoliberal terjun langsung ke dunia politik, seperti Donald Trump dan ehem..ehem beberapa pemilik korporasi TV Swasta di Indonesia ehem...

Selain upah para pekerja tak banyak mengalami perbaikan, pemerintah konservatif Amerika Serikat dengan kebijakan ekonomi neoliberal juga menyunati hak-hak para pekerja sebagai warganegara. Upaya penghapusan Universal Healthcare (BPJS, jika di Indonesia) dan menggantinya dengan Perusahaan Asuransi milik Swasta, yang pastinya akan membutuhkan lebih besar biaya bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan upah pas-pasan, namun menguntungkan bagi teman-teman pemilik modal mereka.

Sesuatu mengerikan juga lahir dari pemerintahan konservatif Amerika Serikat. Adanya Private Prison, ya Penjara Milik Perusahaan. Banyak penjara Amerika Serikat saat ini adalah milik Perusahaan Swasta, bukan lagi milik negara. Seperti yang kita ketahui, tujuan dari Perusahaan adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya. Saat pertama kali tau hal ini, pikiranku "How the fuck is this happened?". Selama di penjara, narapidana bukan lagi diperbaiki moralnya agar nantinya saat keluar penjara menjadi manusia yang lebih baik, namun dieksploitasi untuk menghasilkan komoditas yang kemudian dijual oleh pihak perusahaan yang memiliki penjara.

Tenaga kerja gratis? Atau perbudakan? Banyak sekali orang-orang Indonesia memandang Amerika Serikat sebagai panutan, di negara yang selalu dianggap penuh dengan kebebasan tersebut, terdapat satu amandemen yang sangat mencengangkan. Amandemen nomor 13, yang berisi "Neither slavery nor involuntary servitude, except as a punishment for crime whereof the party shall have been duly convicted, shall exist within the United States, or any place subject to their jurisdiction.". Perbudakan telah dihapuskan, tetapi apabila seseorang melakukan tindakan kejahatan maka secara otamatis orang tersebut menjadi budak, tak memiliki hak dan bisa dieksploitasi sepenuhnya.


Saat penjara dimiliki oleh pihak swasta, maka penjara membutuhkan sebanyak-banyaknya narapidana untuk dieksploitasi. Ditambah dengan legalnya perbudakan, hasilnya adalah Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah tahanan penjara terbesar di dunia. Dan 60% tahanan penjara tersebut merupakan orang kulit hitam, orang Latin Amerika (non kulit putih). Kriminalisasi terhadap orang kulit hitam khususnya merupakan permasalahan besar di sana, rasisme yang sistematis demi keuntungan pemilik penjara.

Sumber : www.sentencingproject.org

Sumber : www.sentencingproject.org
Propaganda konservatif juga banyak bertebaran di sosial media, yang paling nyaring adalah propaganda anti-obama. Obama merupakan presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat, rasisme dan fobia Sosialisme-Komunisme juga masuk dalam tiap propaganda. Islamfobia juga lekat dengan orang-orang konservatif, khususnya di daerah selatan. Karena Obama memiliki nama "Hussein" ia dianggap muslim, padahal saat disumpah menjadi presiden ia disumpah dengan Bible karena Obama seorang Protestan.

Sumber: Conservative101.com
Obama juga dianggap Komunis oleh para konservatif yang tak mengerti apa ide dasar komunisme. Dilihat dari kebijakan politik Obama selama berkuasa, dia sangatlah neoliberal. Belum lagi kebijakan politiknya untuk meneruskan legasi dari George Bush untuk tetap mengebom negara-negara Timur Tengah. Jikalau Obama seorang komunis, maka ia pastinya akan menasionalisasi segala sektor ekonomi, dan diberikan kepada para buruh secara langsung.

Propaganda Anti-Obama



Lalu apa hubungannya dengan judul postingan ini?

Jika di sana para anggota Partai Republik terang-terangan dengan kebijkan yang berpihak ke atas. Di sini, hal tersebut dibungkus dengan banyak lapisan. Dengan janji manis keberpihakan ke bawah, tapi tak pernah menjelaskan secara terbuka ideologi partai mereka. Bagaimana bisa partai lahir tanpa ideologi yang jelas? Itulah kita, kebingungan di tengah jalan.

Penggusuran demi "perbaikan ekonomi" selalu terjadi, seperti Trickle Down Theory yang sudah aku sebutkan di atas, katanya hal ini demi "kesejahteraan" masyarakat. Tapi mereka lupa menyebutkan, masyarakat kelas mana yang akan sejahtera. Bayangkan saja, 2% penduduk Indonesia menguasai 56% aset nasional, dan 87% dari aset itu berupa tanah.

Monopoli kepemilikan tanah ini merupakan permasalahan yang paling menonjol namun masih kurang diperhatikan. Salah satu buktinya adalah jumlah lahan sawit yang dimiliki perusahaan swasta, di Kalimantan Barat (tahun 2016) saja luas lahan sawit seluas 1.312.517 Ha (64 persen dari total lahan yang ada) dari total area perkebunan di Kalbar seluas 2.050.152 Ha. Dan mayoritas dimiliki oleh pemodal asing dan pemodal dari dalam negeri. Dan jangan heran jika kita selalu mengimpor beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia Barat, karena lahan untuk menanam padi bukan lagi menjadi prioritas.

Hasilnya? Ketimpangan ekonomi melesat tinggi di negara kita yang katanya kaya raya ini. Tercatat bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Ketimpangan kekayaan antara orang kaya dan miskin di Indonesia termasuk yang paling buruk di dunia. Hal ini juga telah dilaporkan dalam survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse pada Januari 2017. Menurut survei tersebut, satu persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Kondisi ini hanya lebih baik dibanding Rusia, India, dan Thailand.

Tidak ada kampanye untuk mengurangi campur tangan pemerintahan agar sektor-sektor ekonomi dialihkan ke pihak swasta, semuanya dikerjakan dibalik layar dan iming-iming perbaikan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.

Pada tahun 2016, ada usulan untuk memprivatisasi penjara Indonesia, ya seperti di Amerika Serikat. Dengan berbagai macam alasan dikeluarkan. Jika di negara asal Michael Jordan itu memilik Amandemen nomor 13, maka di sini kita (akan) memiliki UU MD3, kriminalisasi terhadap warga negara sendiri akan lebih mudah, dan jumlah narapidana semakin mudah meningkat.

Secara kebijakan politik, Indonesia merupakan negara dengan pemerintahan konservatif. Selain kebijakan politik yang mulai mengikuti Amerika Serikat, kesamaan yang paling tampak adalah propaganda yang dimainkan. Jika di Amerika Serikat mayoritas penduduknya adalah Protestan dan diselubungi dengan fobia terhadap islam, maka kita adalah sebaliknya. Rasisme, dengan slogan "orang pribumi" semakin gencar diangkat. Maksud pribumi dalam konteks propaganda ini bukanlah masyarakat asli dengan agama nenek moyang, tapi pribumi adalah masyarakat dengan agama mayoritas.

Di Amerika Serikat tidak ada aturan seperti TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 Tahun 1966, walaupun begitu masih banyak yang tak tahu sama sekali tentang Sosialisme-Komunisme namun terus-terusan membencinya, apalagi di Indonesia. Di sini paham itu dilarang keras, tapi ia selalu "dibangkitkan" setiap Pemilu, khususnya Pilpres. Jokowi selalu dicap "PKI" oleh orang-orang konservatif yang tidak mengakui dirinya konservatif, jikalau itu memang benar, kenapa tidak ada usaha nasionalisasi tanah dan perusahaan asing lalu diberikan kepada petani yang mengerjakan lahan dan para buruh? -tidak ada keberpihakan dalam tulisan ini, karena aku tak percaya presiden sekarang benar-benar mewakili kelas menengah ke bawah. Pola yang tak jauh berbeda dari negara Paman Sam. Apakah intervensi politik 1965 oleh Paman Sam masih melekat dengan cara berpikir kita? Mungkin saja, karena 32 tahun kediktatoran telah mengubah politik negara ini secara keseluruhan.

Post a Comment: