Rabu, 02 April 2014

Selama kita hidup, kita sering mengambil keputusan. Berdiri di depan sebuah persimpangan, memilih jalan mana yang harus kita ambil.  Tak selamanya pilihan itu selalu benar, tak selamanya juga pilihan kita selalu salah. Begitu banyak persimpangan pilihan yang akan terus kita temui, bahkan mungkin setiap hari kita selalu mendapat pilihan (yang kadang) bukanlah pilihan yang berdampak besar bagi hidup kita. Tapi mereka tetaplah sebuah persimpangan pilihan.



Dibalik suatu pilihan selalu ada penyesalan. Entah itu sebuah pilihan yang baik, maupun buruk (bagi diri kita). Saat terjebak di dalam ruang “penyesalan”, seringnya kita hanya duduk diam walau sebenarnya di dalam ruang “penyesalan” terdapat sebuah pintu keluar, yaitu “penyelesaian”. Sebagian dari kita hanya duduk diam meratapi kesalahan saat berada di persimpangan, sambil menunggu seseorang membukakan pintu “penyelesaian” untuk membawa dirinya keluar. Sedangkan sebagiannya lagi, terus berusaha bergerak di dalam ruang “penyesalan”, bergerak mencari cara untuk keluar tanpa menunggu seseorang yang akan menunjukkannya pintu “penyelesaian”.

Dan aku adalah sebagian dari mereka yang terus bergerak untuk menemukan penyelesaian atas penyesalan yang pernah aku rasakan. Namun membunuh rasa sesal tak semudah membalikan telapak tangan. Tentu saja perlu proses, tapi bisa juga dipersingkat bila memiliki keyakinan bahwa hal tersebut akan kita dapatkan lagi walau kebanyakan orang terus berkata “kesempatan tak akan datang dua kali”.

Penyesalan sering dikaitkan dengan kesalahan (khususnya) saat memilih pasangan. Bisa pacaran, bisa juga jenjang yang lebih tinggi yaitu, pernikahan. Aku bukanlah orang yang hebat dalam memilih saat diberikan pilihan. Hanya saja aku merasa cukup kuat untuk menerima akibat dari segala pilihan yang aku pilih. Bagiku, hanya seorang pengecut yang gagah dalam memilih namun menjadi lemah saat menerima akibat dari pilihannya sendiri dan duduk diam meratapi penyesalan tanpa bergerak mencari penyesalan.

Bagaimana bisa keluar dari penyesalan? Ingatlah, kita tidak hidup sendiri di dunia ini. Banyak orang di sekitar kita, kita bisa belajar dari mereka semua. Jangan hanya melihat ketepatan mereka dalam memilih, tapi lihat juga cara mereka keluar dari penyesalan dan menemukan penyesalan. Sangat munafik bila ada seseorang mengaku tak pernah sekalipun merasakan penyesalan dalam hidupnya.

Jadi, kalian termasuk orang yang mana? Duduk diam meratapi kesalahan saat berada di persimpangan, sambil menunggu seseorang membukakan pintu “penyelesaian” untuk membawa dirinya keluar. Atau mereka yang terus berusaha bergerak di dalam ruang “penyesalan”, bergerak mencari cara untuk keluar tanpa menunggu seseorang yang akan menunjukkannya pintu “penyelesaian” ?


Thank you for visit my blog, don’t forget to coment and subscribe

Post a Comment: